21/3/2019
Saya kembali lagi ke Kota Malang. Tujuan saya kali ini mendatangi Kota Malang adalah untuk mendaki Gunung Semeru. Menurut saya, kota apel ini seolah menjadi gerbang masuk ke beberapa lokasi menarik yang harus dikunjungi. Terakhir kali dari kota itu, saya punya pengalaman seru saat perjalanan ke Gunung Bromo dan berjanji untuk kembali. Meski hanya menumpang lewat saja, lama-lama saya jatuh cinta juga dengan kota ini.
Dengan jadwal yang sama pada waktu itu, Kereta Api Matarmaja yang saya tumpangi tiba pagi hari di stasiun Kota Baru, Malang. Sehabis beberes, mandi dan sarapan pagi. Rombongan kami yang berjumlah 15 orang menyewa angkot dari depan stasiun menuju tempat penyewaan mobil hardtop di daerah pasar Tumpang yang telah kami pesan sebelumnya.
>Bersiap menuju Pos 1 Ranupani
Ya, dalam beberapa hari berikutnya, saya dan teman-teman di komunitas Backpacker Indonesia akan melakukan pendakian ke Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Tinggi Gunung Semeru yang mencapai 3676 mdpl, sudah cukup membuat jantung saya berdegub kencang saat membayangkan tingginya.
Ini adalah kali pertama saya mendaki gunung. Perasaan saya berkecamuk. Dalam hati terus bertanya, apakah saya mampu mendaki hingga ke Puncak Mahameru? Bahkan seorang senior yang saya ajak ngobrol di Ranu Kumbolo sempat berkata sinis kepada saya:
“Sekalinya mendaki gunung langsung yang tertinggi di Pulau Jawa hahaha…”.
Menurut kamu, saya bakal sampe ke Puncak Mahameru ga? Baca terus kebawah, ya!
Menuju Pos 1 Ranupani Gunung Semeru
Lama perjalanan dari pasar tumpang menuju pos pertama Ranupani sekitar 2 jam lebih dengan rute menanjak. Memasuki gerbang pertama, kita akan disuguhi pemandangan jurang nan indah sebelah kanan, dan Bromo disisi kiri. Kami sempat berhenti untuk istirahat sebentar dan melihat pemandangan disini.
Perjalanan kami lanjutkan lagi dengan jalan yang terus menanjak. Disisi kiri dan kanan tak jarang saya melihat ladang-ladang penduduk lokal di lereng bukit yang seolah tertata sedemikian rupa sehingga terlihat cantik. Seperti lukisan saja.
Awal bulan Mei 2013 waktu itu, banyak sekali kendaraan baik motor, jeep maupun truk yang mengantar para pendaki ramai lalu lalang, silih berganti. Saya baru ingat, ternyata waktu itu sedang long weekendKenaikan Isa Almasih. Pantas saja.
Sekitar pukul 12 siang rombongan kami tiba di Pos Ranupani, pos pertama dalam rangkaian pendakian Gunung Semeru. Udara dingin mulai begitu terasa, kabut tipis menutup beberapa bagian. Pos Ranupani berada diketinggian 2100 mdpl.
Di pos ini, setiap pendaki, harus mendaftar dulu dan melengkapi dokumen-dokumen persetujuan, fotokopi identitas, check list peralatan rombongan.
Saking ramenya antrian, dokumen-dokumen baru selesai di proses hingga jam 3 sore.
Pendakian Gunung Semeru dimulai
Setengah empat sore, kami briefing dan berdoa dulu agar semuanya berjalan dengan lancar. Perlu diingat bagi pemula, jika sudah merasa lelah agar tidak ragu untuk mengatakannya.
“Satu saja lelah, semua harus istirahat”. begitu ujar salah seorang teman
Selamat datang para pendaki Gunung Semeru.
Tanjakan pertama kami dapati adalah setelah gapura ‘Selamat Datang’. Curamnya kemiringan sudah cukup membuat kami (para pemula) mulai ngos-ngosan kelelahan.
“BREEEEEAK…BREEEEAKK…!! Kita istirahat dulu sebentar”, teriak seorang teman saya.
Bulir-bulir keringat sebesar jagung pun sudah membasahi baju saya. Tiba-tiba saya terbayang harus melalui medan seperti itu untuk 5 jam kedepan.
“Haduuuh mak”, batin saya. Tapi pendakian harus tetaplah berlanjut.
Dalam dua jam perjalanan kami tetap ‘konsisten’ untuk selalu break, sedikit-sedikit istirahat, jalan sebentar istirahat lagi hehe.
Pinggul dan pundak sudah nyut-nyutan menahan beban carrier. Tapi setelah itu sudah semakin terbiasa, nafas sudah semakin teratur dan jarak yang ditempuh pun sudah cukup jauh sebelum istirahat (lagi). Seandainya saya mengikuti saran teman saya waktu itu agar rajin berolahraga beberapa minggu sebelumnya, setidaknya jogging tiap pagi. Penyesalan memang selalu datang terlambat, ya, kalau diawal pendaftaran namanya.
Malam menjelang sementara perjalanan kami masih jauh. Kami harus hati-hati dan waspada jika ada lubang, jalur yang menyempit, akar pohon, dan lainnya dapat membahayakan. Ketika sudah merasa capek, saya menyemangati diri sendiri ‘bisa..bisa..bisa..’ selangkah demi selangkah. Hanya fokus ke langkah sendiri dan tidak mau melihat cahaya lampu di seberang gunung sana yang cukup menggoda.
Pukul 9:30 malam, sudah 5 jam berjalan akhirnya kami tiba di Ranu Kumbolo (2400 mdpl).
Di Ranu Kumbolo sudah banyak sekali tenda berdiri, dan ternyata lebih banyak lagi dekat tanjakan cinta disisi satunya lagi. Hawa dingin langsung terasa menusuk hingga ke tulang. Beberapa teman segera mendirikan tenda. Saya tidak ikut membantu khawatir malah jadi perusuh karena tidak tahu apa-apa tentang tenda, apalagi saya sudah mengigil kedinginan seperti hampir kena hypotermia.
Saya buru-buru nimbrung dekat api unggun tetangga sebelah untuk mencari kehangatan. Tempat senior yang tadi berkata sinis.
Ahh.. akhirnya bisa istirahat juga. Niat mau foto keindahan langit malam Ranu Kumbolo dengan bintang-bintangnya pun urung saya lakukan.
Dasar kabut, selalu datang diwaktu yang tidak tepat.
Suasana Pagi di Ranu Kumbolo
Suasana pagi di Ranu Kumbolo benar-benar memikat hati saya waktu itu. Langit biru, kabut dan danau Ranu Kumbolo menjadi satu perpaduan yang pas sambil meneguk secangkir kopi hangat. Perjalanan beberapa jam dari Ranupani ditambah dengan penantian malam sangat sepadan buat saya yang baru pertama kali ke Gunung Semeru.
Satu keindahan Gunung Semeru di danau Ranu Kumbolo ini seolah menambah beberapa bar energi saya. Perjalanan kedepan masih panjang.
Jam sembilan pagi, perjalanan kami kami lanjutkan menuju Kalimati.
Eits, namun sebelum itu, kita harus lewat ‘tanjakan cinta’ dulu. Bukit kecil dengan tingkat kemiringan yang cukup curam. Benar-benar perjuangan memang, sesulit memperjuangkan cinta beda agama *eaaaa skip.
Setelahnya, hamparan lavender sudah ada didepan mata. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Dalam perjalanan sekitar 5 jam lagi menuju Kalimati, sesekali kami melihat Gunung Semeru.
Intensitas debu vulkanik Gunung Semeru semakin terasa saat kami tiba di Kalimati yang berada di ketinggian 2700 mdpl. Setelah mendirikan tenda, kami harus segera beristirahat untuk memulihkan tenaga.
Intensitas debu vulkanik Gunung Semeru semakin terasa saat kami tiba di Kalimati yang berada di ketinggian 2700 mdpl. Setelah mendirikan tenda, kami harus segera beristirahat untuk memulihkan tenaga.